Kami akan menerapkan ilmu pengetahuan anugrah Allah SWT untuk menyuburkan dan meningkatkan produksi tanah pertanian, meremediasi tanah tercemar minyak, reklamasi lahan bekas tambang, dan pengolahan limbah cair industri Anda.

Rabu, 01 Juni 2011

Bio-Fertilizer : MARROS Bio-Ferti

PENDAHULUAN
Intensitas pemakaian pupuk-pupuk kimia telah terbukti meningkat dari waktu ke waktu. Dari sejak awal sistim Bimas diperkenalkan dosis pemupukan tanaman padi hanya sekitar 50-70 kg per hektar, namun dalam rentang waktu 25 tahun sudah terjadi peningkatan dosis pupuk 5-6 kali lipat. Kebutuhan pemupukan (Urea, TSP, NPK dan KCL) untuk tanaman padi saat ini telah mencapai dosis total lebih dari 300 kg per hektar. Kenapa terjadi peningkatan dosis pemupukan yang begitu drastis?
Lahan Marginal
Apakah peningkatan dosis ini diiringi dengan peningkatan hasil panen yang berlipat pula, ternyata tidak. Lalu kenapa harus dilakukan pemupukan dengan dosis yang berlipat-lipat?   Kelihatannya ada pendekatan yang kurang komprehensif akan kesuburan tanah selama ini yakni, kesuburan hanya dipandang dari sisi faktor kimianya saja. Faktor biologi tanah kurang di perhatikan.  Banyak mikroorganisme tanah yag memegang peranan dalam kesuburan tanah, diabaikan.  Berbagai senyawa organik yang dihasilkan oleh mikroba dalam proses dekomposisi berbagai limbah oraganik di alam berperan dalam memacu merangsang pertumbuhan, mempercepat proses perbungaan, meningkatkan proses biosintesis senyawa biokimia, menghambat patogen, bahkan juga meningkatkan produksi senyawa metabolit sekunder sebagai bahan baku obat, pestisida dan sebagainya.


BIOFERTILIZER (PUPUK HAYATI)
Saya selalu mengembar-gemborkan MARROS Bio-Ferti sebagai pupuk hayati atau biofertilizer yang unggul untuk membantu kesuburan lahan pertanian maupun perkebunan. Tapi sebelum kita bahas lebih lanjut, perlu sedikit kita tinjau ulang, apa yang dimaksud dengan pupuk hayati. 
Ketika kita mendengar kata-kata "pupuk", maka yang terbayang dikepala kita adalah suatu bahan yang mengandung unsur-unsur hara seperti N,P,K yang diberikan kepada tanaman. Bayangan seperti itu tidak berlaku untuk pupuk hayati. Dalam pupuk hayati tidak ada sama sekali unsur hara, seperti N, P, K dan unsur lainnya, karena yang ada adalah makhluk hidup yang namanya mikroba atau fungi dan mikroorganisme lainnya. Makhluk hidup ini, "dipelihara" dalam media pembawanya. Media Pembawa tersebut bisa berupa cairan, bisa juga berupa bubuk khusus yang dapat membuat mahkluk hidup tak terlihat mata telanjang ini, hidup dengan baik.
Sekarang kita lihat tanah. Didalam tanah terdapat unsur-unsur yang di butuh kan oleh tanaman. Tapi unsur-unsur ini masih terikat dalam bentuk molekul-molekul besar, yang tidak bisa "disantap" begitu saja oleh tanaman. Begitu juga di udara, terdapat dalam jumlah yang melimpah gas N2 (Nitrogen). Nitrogen bebas dalam bentuk gas N2 di udara ini, juga tidak dapat "dimakan" langsung begitu saja oleh tanaman.  N2 harus dirobah menjadi bentuk NH4+ atau NO3-, agar bisa diserap oleh tanaman. Tapi seberapa besar alam dapat merubah gas N2 menjadi NH4+ atau NO3- diudara ?. Seberapa besar pula tanaman dapat menyerap NH4+ dan NO3- tersebut langsung dari udara ?. Belum ada penelitian yang menjawab pertanyaan ini. 
Nah.., disinilah peran makhluk hidup dalam pupuk hayati. Makhluk-makhluk ini inilah yang menjalankan pekerjannya menguraikan molekul-molekul besar dalam tanah atau mengikat N2 dari udara, merubahnya menjadi unsur-unsur yang siap di "makan" oleh tanaman.

MEMBUAT MIKROORGANISME UNGGUL
Terdapat berbagaimacam mikroorganisme di alam. Ada menguntungkan ada yang merugikan.
Mikroorganisme yang menguntungkan bagi dunia pertanian ada bermacam-macam. Ada yang mampu mengikat dan merubah N2 dari udara maupun dalam senyawaan molekul besar dalam tanah. Ada yang dapat menguraikan molekul besar mengandung Phosphate dan Kalium, menjadi molekul yang lebih kecil sampai pada bentuk terkecil yang dapat di erap oleh tanaman. Diantara mikroorganisme ini, ada yang juga sekaligs dapat menghasilkan senyawa-senyawa atau enzim yang menunjang pertumbuhan, ada pula yang dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang bersifat antagonis bagi hama tanaman.

MARROS Bio-Ferti  diawali dari Lab.
Semua mikroorganisme tersebut diatas, terdapat dalam jumlah yang cukup banyak di lokasi-lokasi tertentu di alam. Tahun lalu (2010), kami berhasil mengisolasi dan membuat kultur mikroorganisme dari 14 desa di Kab. Bogor. Untuk dapat diambil dan di jadikan mikroorganisme yang unggul, mereka, satu per satu, harus diambil, diisolasi, di perbanyak untuk produksi massal. Disini diperlukan keahlian khusus. Dan..., tidak semua orang memiliki keahlian ini. 

Mikroorganisme unggul didapatkan melalui prosedur laboratorium mikrobiologi yang cukup rumit, apalagi bagi orang yang tidak punya keahlian di bidang ini. Faktor terpenting pertama dalam prosedur ini adalah sterilisasi. Sterilisasi dimulai dari awal pekerjaan, yaitu persiapan alat-alat kerja sampai pengemasan. Dalam tahap pekerjaan, kemungkinan terjadi kontaminasi, selalu ada. Kalau sudah terjadi kontam, pekerjaan sudah gagal.  Hal kedua yang harus diperhatikan, dan ini butuh penelitian panjang, adalah media pembawa. Media pembawa harus mampu menjadi tempat "penyimpanan" makhluk hidup ini dalam jumlah dan jenis yang banyak (min. 10^6 sel /gr, 5-6 jenis dalam media yang sama), dan mereka dapat "hidup damai" dalam media pembawa tersebut. Kalau mereka dipisah dalam medianya sendiri-sendiri, bisa mencapai 10^10 sel/gr. Tapi dari segi efektifitas hal ini tidak bagus, karena kita harus menyiapkan mikroorganisme ini satu per satu, kemudian  masing-masing nya di applikasikan sendiri-sendiri, wah...bakalan repot sekali.
Menemukan media pembawa yang dapat di huni oleh berbagai macam makhluk halus ini dalam jumlah yang amat banyak, adalah pekerjaan yang tidak mudah. Keunggulan para mikroorganisme ini, terletak dari kemampuannya hidup bersama dalam media pembawanya, kemampuannya bersaing dengan mikroorganisme lain setelah diapplikasikan dilahan pertanian/perkebunan, dan kemampuannya untuk melumpuhkan mikroorganisme yang bersifat merugikan. Keunggulan ini harus "diciptaan" di laboratorium dan percobaan dilapangan.

KANDUNGAN MARROS Bio-Ferti
Apa saja "makhluk halus" yang terdapat dalam MARROS Bio-Ferti, dan bagaimana perannya masing-masing ?.
MARROS Bio-Ferti mengandung berbagai macam mikroorganisme utama yang menguntungkan bagi dunia pertanian, diantaranya :


Azospirillum Sp. 
Eckert et al. (2001) melaporkan bahwa Azospirillum digunakan sebagai biofertilizer karena mampu menambat nitrogen (N2) 40-80% dari total nitrogen dalam rotan, dan 30% nitrogen dalam tanaman jagung. Akbari et al. (2007) menyatakan bahwa bakteri tersebut juga menghasilkan hormon pertumbuhan hingga 285,51 mg/liter dari total medium kultur, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pemupukan. Dari penelitian mereka ini, kita bisa yakin, bahwa Azospirillum mepunyai kemampuan yang besar dalam mengikat dan merubah N2 menjadi senyawa nitrogen yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman. Menurut Hastuti dan Gunarto (1993), dalam Dewi (2007) asosiasi antara Azospirillum sp. dengan tanaman diduga bersifat simbiosis karena bakteri itu menggunakan senyawa malat sebagai sumber C untuk pertumbuhannya. Kefalogianni dan Anggelis (2002) dalam Dewi (2007) menambahkan bahwa asosiasi yang bersifat simbiosis antara Azospirillum sp. dengan tumbuhan berlangsung karena bakteri menerima fotosintat dari tumbuhan dan sebaliknya bakteri menyediakan N untuk tumbuhan dari N yang difiksasinya, zat pengatur tumbuh, vitamin, dan unsur besi. Beberapa laporan menunjukkan pengaruh positif inokulasi Azospirillum terhadap pertumbuhan tanaman (Elmerich, 1984; Okon, 1985; Michiels dkk.,1989, dalam Dewi, 2007). Penelitian in vitro menunjukkan bahwa bakteri Azospirillum dapat meningkatkan laju yang tinggi fiksasi N pada kondisi optimum. Kemampuan bakteri untuk bertahan tumbuh dan membentuk koloni pada rizosfer tanaman merupakan kondisi awal minimum yang harus dimiliki dalam potensinya untuk mengikat N. (Dewi, A.I.R. 2007. Fiksasi N Biologis Pada Ekosistem Tropis. Jurusan Ilmu Tanaman Universitas Padjadjaran. Bandung).
Azospirillum terdapat secara default dalam MARROS Bio-Ferti.

Azotobacter
Azotobacter secara alamiah memfiksasi nitrogen bebas di dalam rizosphir. Azotobacter menggunakan karbon untuk proses metabolismenya dari substansi sederhana atau substansi senyawa dari karbon yang ada di alam. Persamaannya, medium yang digunakan untuk pertumbuhan Azotobacter memerlukan keberadaan nitorgen organik, mikro nutrisi dan garam untuk meningkatkan kemampuan fiksasi nitrogen oleh Azotobacter. Di samping memfiksasi nitrogen, Azotobacter juga menghasilkan Thiomin, Riboflavin, Nicotin, indol acitic acid dan giberalin. Ketika Azotobacter diaplikasikan ke dalam benih, perkecambahan benih diperbaiki ke tingkat yang lebih baik, juga Azotobacter berperan dalam mengontrol penyakit tanaman melalui substansi yang dihasilkan oleh Azotobacter.
Azotobacter  terdapat secara default dalam MARROS Bio-Ferti.


Rhizobium Sp
Mikroorganisme ini bersimbiosis dengan tanaman melalui rambut akar. Rhizobium efektif digunakan untuk tanaman jenis kacang-kacangan. Bakteri ini masuk melalui rambut-rambut akar dan menetap dalam akar utuk setereusnya membentuk bintil pada akar yang bersifat khas pada kacang – kacangan. Belum diketahui sepenuhnya bagaimana rhizobium masuk melalui rambut – rambut akar, terus ke dalam badan akar dan selanjutnya membentuk bintil – bintil akar. Untuk menambat nitrogen, bakteri ini menggunakan enzim nitrogenase, dimana enzim ini akan menambat gas nitrogen di udara dan merubahnya menjadi gas amoniak. 
Makhluk halus ini terdapat secara default dalam MARROS Bio-Ferti, dan akan diperbanyak, kalau customer akan menggunakannya untuk tanaman jenis kacang-kacangan.


Pseudomonas
Pelarut fosfat oleh Pseudomonas didahului dengan sekresi asam-asam organik, diantaranya asam sitrat, glutamat, suksinat, laktat, oksalat, glioksilat, malat, fumarat. Hasil sekresi tersebut akan berfungsi sebagai katalisator, pengkelat dan memungkinkan asam-asam organik tersebut membentuk senyawa kompleks denga kationkation Ca2+, Mg2+, Fe2+, dan Al3+ sehingga terjadi pelarutan fosfat menjadi bentuk tersedia yang dapat diserap oleh tanaman (Rao, 1982 dalam Wulandari, 2001). (Wulandari, S. 2001. Efektivitas Bakteri Pelarut Fosfat Pseudomonas sp. Terhadap Pertumbuhan Tanaman Kedelai (Glycine max L.) Pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Laboratorium Biologi FKIP UNRI. Jurnal Natur Indonesia 4 (1): (2001).
Pseudomonas Sp, merupakan mikroorganisme yang secara "default" terkandung didalam MARROS Bio-Ferti


Bacillus Sp.
Dalam beberapa penelitian yang pernah dilakuakn, baik oleh kelompok CV.MARROS LESTARI, mauun oleh ilmuwan lain, golongan Bacillus merupakan bakteri yang juga mempunyai kemampuan dalam melarutkan Phosphate.


Bacillus Sp
Beberapa tanaman yang pernah digunakan sebagai bahan percobaan untuk menguji pengaruh mikroba pelarut fosfat anatar lain adalah gandum, bit gula, kubis, tomat, barlei, jagung, kentan, padi, kedelai, kacang panjang dan tebu. (Ahmad dan Jha(1982) mencoba B.megaterium  dan B,. circulans pada  tanaman kedelai. B. megaterium mampu meningkatkan serapan P tanaman kedelai berturut-turut sebanyak 7 dan 10% jika digunakan pupuk TSP, serta meningkatkan 34 dan 18% jika digunakan batuan fosfat. 
Kundu dan Gaur (1980) pada tan aman gandum, mengkombinasikan bakteri pelarut P (B.polymixa dan P. striata) dengan baketri penambat N2  udara (Azotobacter chrococcum). Ternyata bakteri pelarut P dapat menstimulir npertumbuhan A.chrococcum, tetapi bakteri penambat N tidak mempengaruhi  bakteri pelarut P. Kombinsi ketiga inokulan tersebut mampu meningkatkan hasil gandum dua sampai lima kali lipat.
Pada tanaman jagung, Citrobacter intermedium dan Pseudomonas putida (Premono et al, 1991) mampu meningkatkan  serapan P tanaman dan bobot kering tanaman sampai 30%. Pada percobaan yang lain (Buntan, 1992; Premono dan Widyastuti, 1993).  P. putida mampu meningkatkan bobot kering tanaman jagung sampai 20% dan mikroba ini stabil sampai lebih dari 4 bulan pada media pembawa zeolit, tanpa kehilangan kemampuan gentiknya dalam melarutkan batuan fosfat. Inokulasi dengan  Enterobacter gergoviae  (Buntan, 1992) pada tanaman jagung dapat meningkatkan bobot kering tanaman jagung sebesar 29%, sedangkan Lestari (1994) yang menguji Aspergillus niger menunjukkan bahwa mikroba tersebut sangat baik dalam memperbaiki penampilan pertumbuhan tanaman jagung sampai 8 minggu pertama. Pada tanaman tebu penggunaan bakteri pelarut P (P. putida dan P. Fluorescens) dapat meningkatkan bobot kering tanaman sebesar 5-40% dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk P asal TSP sebanyak 60-135% (Premono, 1994). Penelitian Setiawati (1998) pada tanaman tembakau dengan menginokulasikan bakteri pelarut P dapat meningkatkan serapan P dan bobot kering tanaman. 
Pal (1998) melaporkan bakteri pelarut P (Bacillus sp.) pada tanah yang dipupuk dengan batuan fosfat dapat meningkatkan jumlah dan bobot kering bintil akar serta hasil biji tanaman pada beberapa yang toleran 
amsam (jagung, bayam, dan kacang oanjang). Menurut Dubey (1997) inokulasi  P. striata dengan penambahan superfosfat maupun batuan fosfat dapat meningkatkan pembentukan bintil dan seapan N pada 18 tanaman kedelai dan bakteri ini dapat dikokulturkan dengan Bradyrhizobium japonicum tanpa efek yang merugika. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa efektifnya bakteri pelarut P tidak hanya disebabkan oleh kemampuannya dalam meningkatkan ketersediaan P tetapi juga disebabkan karena kemampuannya dalam 
menghasilkan zat pengatur tumbuh, terutama oleh mikroba yang hidup dalam permukaan akr seperti Pseudomonas fluorescens, P.putida,  dan P. striata. Mikroba-mikroba tersebut dapat mebngasilkan zat pengatur tumbuh seperti asam indol asetat (IAA) dan asam giberelin (GA3) (Arshad dan Frankenberger, 1993 ; Patten dan Glick , 1996).
Beberapa bakteri pelarut P juga dapat berperan sebagai biokontrol yang dapat meningkatkan kesehatan akar dan pertumbuhan tanaman melalui proteksinya terhadap penyakit. Strain tertentu dari Pseudomonas  
sp. Dapat mencegah tanaman dari aptogen fungi yang berasal dari tanah dan potensial sebagai agen biokontrol untuk diguanakan secara komersial di rumah kaca maupun di lapangan (Arshad dan Frankenberger, 1993). Pseudomonas fluorescens, dapat mengontrol perkembangan penyakit dumping-off dari tebu. Kemampuan bakteri ini terutama karena menghasilkan 2,4-diacethylplorogucinol, suatu metabolit sekunder yang dapat menghalangi dumping-off  Phytium ultium (frenton et al., 1992). Di samping itu bakteri Pseudomonas fluorescens   ini juga dapat mengontrol perkembangan jamur Sclerotium roefsii pada tanaman kacang-kacangan. 
Bakteri pelarut phosphate ini ada secara default dalam kandunga MARROS Bio-Ferti
Lactobacillus spp.
Lactobacillus Sp
Bakteri asam laktat ( Lactobacillus spp. ) dapat mengakibatkan kemandulan ( sterilizer) oleh karena itu bakteri ini dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme yang merugikan; meningkatkan percepatan perombakan bahan organik; menghancurkan bahan organik seperti lignin dan selulosa serta memfermentasikannya tanpa menimbulkan senyawa beracun yang ditimbulkan dari pembusukan bahan organik. Bakteri ini dapat menekan pertumbuhan fusarium, yaitu mikroorganime merugikan yang menimbukan penyakit pada lahan/ tanaman yang terus menerus ditanami (Anonim, 2011).


Untuk kondisi-kondisi tertentu MARROS Bio-Ferti kami perkuat dengan mikroorganisme tambahan seperti Trichoderma dan Mikoriza


Gunakan MARROS Bio-Ferti untuk menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah pertanian dan perkebunan Anda.


Kalau Anda berminat dengan produk ini sampaikan permntaan Anda bagian Marketing di Fax 0254 393687 atau email ke marroslestari@yahoo.com

Tidak ada komentar: