Kami akan menerapkan ilmu pengetahuan anugrah Allah SWT untuk menyuburkan dan meningkatkan produksi tanah pertanian, meremediasi tanah tercemar minyak, reklamasi lahan bekas tambang, dan pengolahan limbah cair industri Anda.

Kamis, 15 Desember 2011

REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG DENGAN KEMASAMAN TINGGI (pH < 3)


pH Tanah < 3 - Tanaman Mati Gosong

PENDAHULUAN
Disalah satu tambang batu bara di Kalimantan Timur, kami mendapati lahan bekas tambangnya mempunyai pH < 3.  Tanaman pada gosong, tidak ada yang bisa tumbuh. Tantangan Environmental Manager pada perusahaan pertambangan itu, kami jawab dengan melakukan alaisa dan isolasi mikroorganisme yang terdapat di lahan tersebut. Hasilnya adalah, sejumlah total 15 jenis mikroorganisme yang dapat di isolasi dari tanah dan air drainase tambang.

PROSES TERBENTUKNYA AMD (ACID MINE DRAINAGE=AIR ASAM TAMBANG)

AMD terbentuk sebagai hasil oksidasi mineral sulfide tertentu (misalnya pirit, markasit, kalkopirit, dll) yang terkandung dalam batuan oleh oksigen di udara dalam lingkungan berair (Gautama, 2007). Oksidasi ini menghasilkan asam sulfat yang termasuk asam kuat dan melepaskan ion hidrogen, kedua senyawa inilah yang mengakibatkan meningkatnya kemasaman pada lingkungan tersebut. Reaksi oksidasi menurut Wilkipedia dapat diringkas:
2 FeS2 (s) + 7 O2 (g) + 2 H2(l) → 2 Fe++ (aq) + 4 SO4= (aq) + 4 H(aq)
Selanjutnya ion Ferro sangat mudah teroksidasi menjadi ion Ferri, dengan reaksi sebagai berikut :

2 Fe +2  + ½ O2  + 2 H+  à 2 Fe+3  +  H2O
Senyawa dengan Fe+3   ini, yang membuat air berwarna jingga kemerahan.  Dari reaksi tersebut dapat dilihat bahwa ion besi bisa terdapat di tahan maupun di air.  Disamping Fe, juga terdapat logam-logam berat lainnya, yang mudah berikatan dengan Sulfur, seperti Spalerit (ZnS), Galena (PbS), Milerit (NiS), Grinokit (CdS), Covelit (CuS), Kalkopirit (CuFeS), dan lain-lain.

Tambang Batubara, di wilayah Berau,
dilihat dari pesawat terbang

Pada tambang terbuka, top soil dan tanah lainnya disingkirkan dari permukaan.  Hal ini menyebabkan hilangnya bahan organik.  Kondisi tanpa bahan organik ini merupakan habitat paling baik bagi Bakteri Oksidasi Sulfat (BOS). Mereka akan berkembang biak dengan cepat, an proses oksidasi sulfur oleh bakteri ini akan berlangsung terus menerus.  Bakteri ini mendapatkan sumber C bagi kehidupannya dari bahan  an-organik. 

ISOLASI  BAKTERI ASLI 
Kami dari CV.MARROS LESTARI telah berhasil mengisolasi sebanyak 15 jenis mikroorganisme dari salah satu site lahan bekas tambang batubara di Kalimantan Timur.  Dari 15 jenis Bakteri, terdapat beberapa jenis yang mengindikasikan kemampuan menaikkan pH.  Bakteri ini akan merupakan primadona bagai lahan bekas tambang yang super masam.  Bakteri ini akan kami gunakan untuk memperkaya pupuk yang sudah lama kami produksi, yaitu MORGANIK-SR, sehingga nanti akan ada varian MORGANIK-SR AMD CONTRA, yang dapat menaikkan pH tanah lahan bekas tambang batubara yang sangat masam menjadi pH yang dapat di tanami, sehingga program revegetasi perusahaan pertambangan batu bara dapat berjalan sesuai rencana yang di tetapkan.

Selasa, 13 Desember 2011

BIOREMEDIASI DENGAN MARROS BIO-DEGRA

DEFINISI
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun (Wikipedia, 2010).
Ada pula yang mendefinisikan Bioremediasi sebagai proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).
BIOTEKNOLOGI
Bioteknologi memiliki potensi untuk membantu dan memecahkan berbagai persoalan di dunia pertambangan baik minyak dan gas serta batubara dan mineral. Bioteknologi dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan minyak bumi dengan memanfaatkan bakteri dan/atau enzim yang dikenal dengan MEOR (microbial enhanced oil recovery) atau EEOR (enzyme enhanced oil recovery). Teknik penambangan minyak bumi konvensional masih menyisakan sekitar 70% minyak di dalam reservoir. Minyak tersebut berupa “minyak berat” (heavy oil/viscous crude) yang sulit diangkat dengan pemompaan serta minyak yang terjerap di pori-pori batuan. Penggunaan bioteknologi tersebut dalam skala lapang mampu meningkatkan produksi 60% hingga lebih dari 100% pada sumur-sumur tua (Moon, 2008).
Bioteknologi juga telah mulai diterapkan pada pertambangan batu-bara dan mineral. Microbial desulfurization dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kandungan sulfur pada batubara. Dengan menggunakan bakteri, kandungan sulfur dapat diturunkan sebanyak 63% hanya dalam waktu 24 jam (Setiawan dan Santosa, 2009). 



Tantangan itu.......

Dalam hal reklamasi lahan bekas tambang, perusahaan pertambangan seringkali mengalami kesulitan karena lahan bekas tambangnya bersifat sangat masam.  Disalah satu pertamangan batubara yang kami survey pada bulan Oktober 2011 yang lalu, kami dapatkan lahan bekas tambang dengan pH <3.  Jelas tidak ada tanaman yang bisa tumbuh dengan pH serendah itu. 

Sehubungan dengan itu, CV. MARROS LESTARI, telah berhasil mengisolasi dan memproduksi mikroorganisme yang dapat digunakan untuk "menjinakkan" pH ekstra rendah ini.  Bakteri yang berhasil diisolasi ini akan bekerja secara doubel, yaoitu mereduksi sulfur  sekaligus mengikat logam berat, sehingga tidak bisa bereaksi dengan sulfur tersebut.   Produk ini belum kami beri nama.  Keberhasilan produk ini sudah kami presentasikan di salah satu Perusahan pertambangan batubara di Kalimantan Timur.


Melalui bioteknologi ERM (enhanced recovery of metals) bahan tambang logam dapat ditingkatkan perolehannya terutama dari deposit yang kandungan bahan tambangnya rendah. Salah satu teknologi dalam katagori tersebut yang dapat digunakan adalah biohydrometallurgy atau bioleaching. Bioleaching menggunakan bakteri untuk mengubah sifat fisik dan kimia bahan tambang sehingga logam dapat diekstraksi dengan cara yang lebih ekonomis. Dalam percobaan laboratorium, 97% tembaga asal bahan tambang kualitas rendah dapat diekstrak. Proses tersebut saat ini digunakan dalam skala komersial untuk menambang tembaga dan uranium. Teknologi bioleaching dapat juga digunakan di pertambangan Ni, Zn, Co, Sn, Cd, Mb, Pb, Sb, Sb, As dan Se. Teknologi yang berkebalikan dengan bioleaching yaitu biooxidation dapat digunakan untuk meningkatkan perolehan logam mulia. Dengan menggunakan teknologi biooksidasi perolehan emas dapat ditingkatkan dari hanya 30% menjadi sekitar 98% (Brierley and Brierley, 1997). Afrika Selatan telah menerapkan teknologi tersebut untuk mengekstrak emas. Selain bioleaching dan biooksidasi, beberapa mikroorganisme termasuk fungi mampu mengakumulasi logam dalam sel dalam konsentrasi yang jauh lebih tinggi dibanding di lingkungan sekitarnya. Teknologi bio-konsentrasi tersebut potensial untuk mengekstrak logam mulia (emas, perak) dari bahan tambang berkonsentrasi rendah. Teoritis, mikroorganisme bahkan dapat digunakan untuk mengekstrak emas dari laut.
Selain membantu meningkatkan kinerja pertambangan, bioteknologi telah banyak digunakan untuk mengatasi pencemaran lingkungan. Dengan menggunakan mikroorganisme asli Indonesia, berbagai upaya untuk mengatasi pencemaran lingkungan berhasil dikembangkan. Melalui pendekatan bioteknologi lingkungan, misalnya teknologi bioremediasi, limbah minyak bumi, air asam tambang, limbah mengandung merkuri dan fenol dapat dibersihkan.
Teknologi bioremediasi dengan mengandalkan aktivitas mikroorganisme Indonesia mampu membersihkan limbah minyak bumi 4 kali lebih cepat di bandingkan teknologi bioremediasi yang umum digunakan saat ini (Santosa et al., 2007. Paten). Teknologi tersebut mampu menghemat biaya antara 25 hingga 50 persen dibanding teknologi bioremediasi yang diterapkan saat ini oleh perusahaan-perusahaan minyak. Pengembangan teknologi bioremediasi lainnya adalah teknologi untuk membersihkan limbah mengandung merkuri. Teknologi dikembangkan dengan memanfaatkan bakteri untuk menghilangkan senyawa merkuri beracun yang terlarut dalam air limbah. Teknologi ini sangat cost effective dengan biaya hanya 1/400 dari teknologi detoksifikasi (penghilangan racun) merkuri konvensional yang menggunakan resin. Dengan menggunakan bioteknologi tersebut, merkuri dalam limbah dapat diturunkan 98,5 persen hanya dalam waktu 30 menit (Barus dan Santosa, 2007, unpublished).
Teknologi bioremediasi dapat juga digunakan untuk mengatasi air asam tambang dan logam berat terlarut terutama dari pertambangan batu bara. Setelah reaksi belangsung pH  (keasaman) air asam tambang yang mula-mula berkisar dari 2 – 3 dapat meningkat mendekati netral (6-7) tanpa penambahan senyawa kimia penetral pH. Sementara logam berat yang terdapat air asam tambang mengendap. Bioteknologi yang sama dapat digunakan menurunkan konsentrasi berbagai logam berat diantaranya Cr, Pb dan Cd. Teknologi ini efisien, karena hanya membutuhkan biaya 1/10 dari biaya penanganan air asam tambang konvensional. Selain berbagai aspek tersebut di atas, bioteknologi juga potensial untuk diterapkan dalam upaya membersihkan limbah dari fenol, menurunkan berbagai parameter yang tidak dikehendaki dalam air limbah, misalnya BOD5, COD, NH4, H2S dan senyawa pencemar lainnya serta as-gas berbahaya (teknik biofilter). Bioteknologi juga potensial untuk diterapkan dalam lingkup yang sederhana misalnya mempercepat pengomposan hingga yang lebih kompleks misalnya produksi biofuels dari ganggang mikro hingga bio-baterai (microbial fuel cell).

PROSES MIKROBIOLOGI
Proses yang terpenting dari bioremediasi adalah memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).

Bioremediasi pada lahan terkontaminasi logam berat didefinisikan sebagai proses membersihkan (clean up) lahan dari bahan-bahan pencemar (pollutant) secara biologi atau dengan menggunakan organisme hidup, baik mikroorganisme (mikrofauna dan mikroflora) maupun makroorganisme (tumbuhan) (Onrizal, 2005).
Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya.
MIKROORGANISME PADA BIOREMEDIASI
Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri “pemakan minyak”. Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan.
JENIS-JENIS BIOREMEDIASI
Jenis-jenis bioremediasi adalah sebagai berikut:
·         Biostimulasi
Nutrien dan oksigen, dalam bentuk cair atau gas, ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar untuk memperkuat pertumbuhan dan aktivitas bakteri remediasi yang telah ada di dalam air atau tanah tersebut.
·         Bioaugmentasi
Mikroorganisme yang dapat membantu membersihkan kontaminan tertentu ditambahkan ke dalam air atau tanah yang tercemar. Cara ini yang paling sering digunakan dalam menghilangkan kontaminasi di suatu tempat. Namun ada beberapa hambatan yang ditemui ketika cara ini digunakan. Sangat sulit untuk mengontrol kondisi situs yang tercemar agar mikroorganisme dapat berkembang dengan optimal. Para ilmuwan belum sepenuhnya mengerti seluruh mekanisme yang terkait dalam bioremediasi, dan mikroorganisme yang dilepaskan ke lingkungan yang asing kemungkinan sulit untuk beradaptasi.
·         Bioremediasi Intrinsik
Bioremediasi jenis ini terjadi secara alami di dalam air atau tanah yang tercemar.
MARROS BIO-DEGRA
Kami telah memformulasikan konsorsium mikroorganisme yang dapat diapplikasikan untuk melakukan biodegradasi terhadap bahan pencemar.  Produk ini berbentuk cair dan padat, diapplikasikan dengan jalan injeksi maupun di tabur pada lahan tercemar minyak bumi. MARROS Bio-Degra juga dapat diapplikasikan untuk menurunkan kandungan N yang tinggi pada air buangan industri.  Hal ini sudah dibuktikan berdasarkan penelitian pada salah satu industri kimia di daerah Cileungsi, Kab.Bogor, Jawa Barat.

Selasa, 29 November 2011

SOLUSI KEBUN SAWIT DI LAHAN BERPASIR (Bgn-1)


Perkebunan Sawit di Desa Labai,
Kec. Balai Berkuak, Kab. Ketapang
Prop. Kalimantan Barat
Pernah mendengar ada sebuah desa bernama Desa Labai....??. Desa ini terletak di Kec. Balai Berkuak, Kab. Ketapang, Prop. Kalimantan Barat. Disini ada sebuah kebun kelapa sawit yang luasnya mencapai 18000 Ha. (Baca: Delapan belas ribu hektar). Lahannya cukup subur, tapi ada beberapa lokasi yang terdiri dari pasir.  Ke lokasi berpasir inilah Tim Kami, yang terdiri dari personel CV.MARROS LESTARI dan PT.PAKAR yang menjadi mitra kami dalam mempromosikan pupuk yang kami produksi. 
Lahan berpasir, jelas merupakan lahan yang sangat tidak menguntungkan bagi perkebunan, karena daya ikat air sangat kecil, sehingga apapun pupuk yang diberikan akan terbawa oleh air dan tidak sempat berikatan dengan material disekitarnya. Akibatnya, tanaman tidak menemukan unsur hara yang cukup untuk pertumbuhannya. Tapi pupuk produksi kami seperti MORGANIK-SR, merupakan pupuk yang istimewa dan serba guna. Produk ini mengandung C-organik yang tinggi (min 18%), kadar N,P dan K antara 1% sampai 2%, mikroorganisme perombak dan penyubur tanah, mikroorganisme penghasil hormon dan penghasil antihama untuk hama-hama tular tanah. Disamping itu produk ini mampu mengikat air, sehingga sangat baik di applikasikan dilahan berpasir.

Tenaga Ahli CV.MARROS LESTARI
sedang meracik pupuk di lokasi kebun,
disaksikan Manajer Kebun dan
owner PT.PAKAR

Kemampuan MORGANIK-SR mengikat air lebih lama, akan membuat perakaran mempunyai kesempatan untuk menyerap unsur hara yang terdapat didalam pupuk dan sekitarnya.  Dalam applikasi ini, kami mencampur MORGANIK-SR dengan Super-TROPOSKA dan MARROS Bio-Ferti, dengan dosis tertentu.
Super-TROPOSKA adalah pupuk anorganik dgn NPK 15-9-9., bersifat slow release, sehingga saat hujan datang, unsur haranya tidak hanyut terbawa aliran air. MARROS Bio-Ferti adalah pupuk hayati atau bio-fertilizer yang akan menguraikan molekul-molekul hara yang terdapat pada lahan. MORGANIK-SR sendiri akan mengikat air, ditambah dengan kerjasama mikroorganisme didalamnya yang berfungsi menguraikan bahan organik dan mikroorganisme dalam MARROS Bio-Ferti yang akan menguraikan molekul besar dalam pasir, akan membuat lahan berpasir menjadi lebih kompak, sehingga kemampuannya menahan air, akan lebih besar. Lambat laun pasir disekitar perakaran akan berubah menjadi tanah yang lebih kompak.  

Mengapplikasi campuran pupuk

Campuran produk ini, akan memberikan kesempatan kepada akar tanaman menyerap unsur hara yang telah disediakan dalam pupuk, maupun yang telah diuraikan oleh mikroorganisme.

Disamping itu, campuran MORGANIK-SR dan Super-TROPOSKA dapat di jadikan media tanam untuk pembibitan kelapa sawit.


Mengenai Harga Produk dapat dilihat di : Harga Produk-Produk Unggul ku

Bila Anda berminat, silahkan menghubungi kami di HP 082122983773 atau 087771160237 atau 087870140732

Selasa, 27 September 2011

TECHNICAL INFO AND MSDS MARROS Bio-Ferti


MARROS BioFerti™  is a blackish-brown powder biofertilizer, containing a consortium of non-symbiotic microbes  fastening N, dissolution of P , and fitohormon producer.

Type and Microbial Population
No.
Types of Microbes
Microbial Populations
(CFU / gr of Carrier Materials)
1.
Azotobacter sp
> 4.8 x 107
2.
Azospirillum sp
> 6.0 x 107
3.
Bacilus sp.
> 5.6 x 107
4.
Pseudomonas sp
> 2.7 x 107


Benefits and Advantages:
1.      Increasing nutrient availability of N and increase the solubility of P and mobilization of P soil deposit.
2.      Encourage the growth and root regeneration
3.      Improving the efficiency of nutrient uptake and efficiency of fertilization
4.      Increase the growth and yield of crops
5.      Easy of application and environmentally friendly

Method of Storage
  • Keep dried, avoid direct sunlight
  • Do not use if the packaging has been opened / damaged
Dosage and Applications Method:
  • Before use, mix 2 packs, (or about 200 grams) of MARROS BioFerti™ inoculants with 5-10 kg of soil humus or dry manure.
  • Further spread evenly on the land before planting.
  • For the nursery, the mixture was spread in the nursery beds as much as 100-200 g / m² or provide approximately 50-10 g in the planting hole or a mix of seeds or seedlings of about 0.5% - 1% with nursery mediaDoses and Application Method Summary 

No.
Plants
Dose    
(gr / Ha)
Method of Application
1
Rice, Corn, and Other Food Plants
200 to 400
Spread evenly on the land before planting or placed in a hole planting or beds planting
2
Vegetables (Tomatoes, Chilli, Potatoes, etc.)
400 to 800
Give to the planting hole or planting array when transplanting.
3
Plantation (palm oil, cocoa, coffee, etc.)
1000 to 2000
Give to the bed planting around the plant or in drill holes around the plants. Application 1-2 times a year
  


MATERIAL SAFETY DATA SHEET
MARROS Bio-Ferti

MSDS – MARROS Bio-Ferti - Rev. : 01 - Date Issue : 29 April 2010

SECTION-1 : Identification of substance and company
Product Name      :  MARROS Bio-Ferti
Synonyms             :      -
Product Use         :  Biofertilizer for Agriculture/Plantation/Post Mining Land     
                                    Reclamation
Producer               CV. MARROS LESTARI
Address                 Jl. Sriwijaya No. C3/17, Cimanggu Permai – Bogor 16161
Telephone / Fax   +62 251 3880345



SECTION-2 : Section Two: Composition/information on ingredients


Ingredient

CAS number

Population

Percent



Azotobacter Sp                    -               4,8x107                       - 
Azospirilum Sp                     -               6,0x107                       - 
Bacillus Sp                           -               5,6x107                      -
Pseudomonas Sp                 -               2,7x107                      -
Carrier Media : Peat Soil      -               -                               99%

SECTION-3 :  Hazards Identification
Emergency Overview: The bacteria is not generally considered to be hazardous to humans or the environment. Toxicity is untested but is expected to be low via ingestion, skin contact or inhalation.
Possible Routes of Entry: Inhalation, open wounds, eyes
Health Hazards: Nuisance dust, contains peat
Carcinogenity: None known
Effects of Exposure: Inhalation over long periods of high amounts of any nuisance dust may overload lung clearance mechanism, irritate mucous membrane and make lungs more vulnerable to respiratory disease.
Chronic Long term exposure to dusts can cause respiratory irritation and coughing. An
allergic reaction is possible with asthmatics.
SECTION-4 :  First Aid Measures:
By-products               : None
Polymerization           : Will not occur
Inhalation                    : none (recommend particle respirator)
Ingestion                     : Induce vomiting. Repeat until vomit is clear.
Skin                            : If irritation occurs, wash with water and mild detergent
Eye                             : Immediately flush eyes with clean water for 15 minutes.
                                      Call a physician.
Keep open wounds covered and clean as suggested by any good program of hygiene.

SECTION-5:  Fire fighting Measures:
None. Caution, burning may continue inside bags or piles after surface fire is out. Break bags or separate pile to assure that the fire is extinguished. The thermal decomposition products are those commonly observed with natural products such as wood or other vegetable matter.
 
SECTION-6 : Accidental Release Measures:
Steps to be Taken in Case Material is Released or Spilled: Use methods to clean spill which avoid creating airborne dust. Remove for disposal or incorporation into soils or garden.

SECTION-7 :  Handling and Storage
Waste Disposal Method:
Waste of this product is not defined as hazardous. Dispose of all waste in accordance with federal, state and local regulations.
Precautions to be Taken in Handling and Storing:
If excessive dust in created, avoid breathing dust by using adequate ventilation and/or NIOSH or MSHA approved respirator for nuisance dust of this type. Breathing dust may be harmful to your health.
Other Precautions:
Protective eye wear should be worn where dust levels are high enough to cause irritation.
Avoid inhalation of ash particulates. Wash any contamination from skin or eyes immediately. Wash hands and exposed skin before eating, drinking, smoking or using thetoilet.
Storage:
     Store in a cool, dry, well-ventilated place in original container – preferably in a refrigerator   
     in which no food is stored. Keep container closed when not in use.
SECTION-8 :  Exposure Controls / Personal Protection
General: Protective clothing should be selected according to the conditions likely to be encountered in the workplace. Ensure good ventilation. No exposure limits have been established.
Engineering Controls: Use process enclosures, local exhaust ventilation, or other engineering controls to reduce airborne exposure at locations/operations where spray mist may be generated.

Respirator      : Highly recommended. If none available, must use dust/mist filtering mask.
Eyes/Face     : Wear chemical safety goggles or safety glasses with side shields.
Hands/Skin    : Wear a suitable hand gloves.  Product is not an irritant, but gloves are a
  sensible precaution when handling any bacterial product.
Other clothing: Wear suitable protective clothing such as long-sleeved shirt, pants, and
  shoes with socks.
Hygienic practices: Merely as a common-sense precaution, wash hands and exposed
  skin before eating, drinking, smoking or using the toilet.
SECTION-9 :  Physical and Chemical Properties
Appearance               : Moistured Powder, Soil like material
Melting Point              : Not Applicable
Boiling Point              : Not Applicable
Solubility                     : Not soluble in water
pH                               : Neutral

SECTION-10 :  Stability and Reactivity
Stability                                                          : Stable, non-reactive
Conditions to avoid                                       : Extreme Temperature can make microbes die
Materials to avoid                                         : Strong Acid or Strong Base
Hazardous decomposition products           : None known
Hazardous polymerization                           : Will not occur

SECTION-11 :  Toxicological Information
Toxicological studies have not been conducted.

SECTION-12 :  Ecological Information
Ecological Information: Not expected to impose any environmental risk. These bacteria are already present (and in large numbers) on all vegetation (including crops), and in most soils.
Ecotoxicity Information: Has not been tested. Not expected to present any risk.

SECTION-13 :  Disposal Considerations
Disposal: If spilled material cannot be disposed of by intended use, an acceptable method of disposal is to pour down the drain – in accordance with local, regional and national environmental regulations.
Empty Container: Empty container into application equipment, rinse with water and add rinsate to application equipment. Dispose of empty container in accordance with applicable environmental regulations.

SECTION-14 :  Transport Information
DOT                :    NOT REGULATED
ICAO/IATA     :    NOT RESTRICTED
IMO                 :    NOT REGULATED

SECTION-15: Regulatory Information
The information contained herein is based upon data considered to be accurate. However, no warranty is expressed or implied regarding the accuracy of these data. We accept no responsibility for results obtained by the application of this information or the safety and suitability of our products. Users are advised to conduct their own tests to determine the safety and suitability of each product for their own use.

SECTION-16 : Other Informations

These materials are made from natural products and may contain naturally occurring microorganisms. Proper precautions are advised to prevent infection of open wounds, inhalation of excessive amounts of dust and eye irritation. The proper hygiene practices necessary to prevent health hazards from any naturally occurring substance such as soil, bark, etc., should be observed.

The information contained in this MSDS is provided without warranty of any kind, express or implied. The information contained herein is made available solely for consideration, investigation, and verification by the original recipients hereof. Users should consider this
information only as a supplement to other information gathered by or available to them. Users should make independent determinations of the suitability and completeness of information from all sources to assure proper use and disposal of these materials for the safety and health of employees, customers, and the environment. This hazard information is not a substitute for risk assessment under actual conditions of use. Users have the responsibility to keep currently informed on chemical hazard information, to design and update their own programs, and to comply with all applicable national, federal, state, and local laws and regulations regarding safety, occupational health, right to know, and environmental protection.

MARROS Bio-Ferti - Powder
MARROS BioFerti™  is a blackish-brown powder biofertilizer, containing a consortium of non-symbiotic microbes  fastening N, dissolution of P , and fitohormon producer.

Type and Microbial Population

No.
Types of Microbes
Microbial Populations
(CFU / gr of Carrier Materials)
1.
Azotobacter sp
> 4.8 x 107
2.
Azospirillum sp
> 6.0 x 107
3.
Bacilus sp.
> 5.6 x 107
4.
Pseudomonas sp
> 2.7 x 107


Benefits and Advantages:
1.      Increasing nutrient availability of N and increase the solubility of P and mobilization of P soil deposit.
2.      Encourage the growth and root regeneration
3.      Improving the efficiency of nutrient uptake and efficiency of fertilization
4.      Increase the growth and yield of crops
5.      Easy of application and environmentally friendly

Method of Storage
  • Keep dried, avoid direct sunlight
  • Do not use if the packaging has been opened / damaged
Dosage and Applications Method:
  • Before use, mix 2 packs, (or about 200 grams) of MARROS BioFerti™ inoculants with 5-10 kg of soil humus or dry manure.
  • Further spread evenly on the land before planting.
  • For the nursery, the mixture was spread in the nursery beds as much as 100-200 g / m² or provide approximately 50-10 g in the planting hole or a mix of seeds or seedlings of about 0.5% - 1% with nursery media


Doses and Application Method Summary 
No.
Plants
Dose    
(gr / Ha)
Method of Application
1
Rice, Corn, and Other Food Plants
200 to 400
Spread evenly on the land before planting or placed in a hole planting or beds planting
2
Vegetables (Tomatoes, Chilli, Potatoes, etc.)
400 to 800
Give to the planting hole or planting array when transplanting.
3
Plantation (palm oil, cocoa, coffee, etc.)
1000 to 2000
Give to the bed planting around the plant or in drill holes around the plants. Application 1-2 times a year


Note:
To make application easier,  mix  150-200 gr of MARROS BioFerti™ inoculants with 5 -10 kg soil humus or dry manure before application to the land.