Kami akan menerapkan ilmu pengetahuan anugrah Allah SWT untuk menyuburkan dan meningkatkan produksi tanah pertanian, meremediasi tanah tercemar minyak, reklamasi lahan bekas tambang, dan pengolahan limbah cair industri Anda.

Selasa, 03 Mei 2011

MEMBUAT KOMPOS YUUUKK....... !!

Humus
By : Marindo Palar Vinkoert

HUMUS
Kenapa kompos yang sudah jadi diharapkan mempunyai C/N rasio sekitar 12....???.  Mari kita lihat Humus...!!.
Humus dikenal sebagai sisa-sisa tumbuhan dan khewan yang mengalami perombakan oleh organisme dalam tanah, berada dalam keadaan stabil, berwarna coklat kehitaman.
Batasan pengertian mengenai humus ini bisa saja berbeda sesuai dengan tingkat penelitian dan kecermatan pengamatan dari pembuat batasan pengertian itu sendiri. Sementara itu ada juga yang memberikan batasan pengertian lain yaitu humus adalah bahan organik yang terdiri dari bahan organik bukan humus dan bahan-bahan humus yang dibagi lagi menjadi Humin, Fulfic Acid dan Asam Humus. Hal terpenting dari proses pembentukan humus ini adalah bahwa dalam proses pembentukannya, ada kaitan yang sangat erat antara unsur Carbon (C) dan Nitrogen (N), yang dapat kita jadikan dasar dalam membuat kompos bermutu.
Di alam, proses pembentukan humus, tidak terlepas dari peran mikroorganisme yang terdapat di alam itu sendiri. Mikroorganisme akan menguraikan bahan-bahan mentah, seperi daun-daunan, ranting, kotoran, dan lain-lain, ditambah dengan faktor alam, seperti kelembaban, sinar matahari, udara, dan lain-lain. Dalam proses dekomposisi bahan organik oleh jasad-jasad mikro, disamping karbohidrat yang dijadikan sebagai sumber energi dan pertumbuhan mikroba, ternyata juga dibutuhkan N dan P. Bahan-bahan yang terakhir ini diasimilir menjadi bahan tubuhnya. Dengan jalan ini protein tumbuhan dialihkan menjadi protein mikroba. Perbandingan C/N humus dapat diperhitungkan dari berbagai senyawa yang menyusun humus. Humus tanah rata-rata mengandung bahan-bahan sebagai berikut :

Total kandungan karbon dalam humus adalah 56.24 %. Sementara itu Kadar N dalam protein adalah 16 persen, sedangkan humus mengandung 35 % protein, jadi kadar N dalam humus adalah 35 x 0.16 = 5.6 %.
Oleh karena itu hasil bagi C/N rata-rata adalah 56.24 / 5.6 = 10.04 %
Hubungan C dan N ini di dalam humus berada dalam keadaan hampir konstan, berada pada nilai antara 10 sampai 12. Oleh karena itulah nilai C/N ratio 10 - 12 ini dapat dianggap sebagai acuan dalam pembuatan kompos. Dari hasil penelitian dan uji coba pembuatan kompos, telah diketahui bahwa untuk mendapatkan C/N ratio 10 – 12, maka diperlukan campuran bahan baku dengan C/N ratio 30. Permasalahannya adalah bagaimana membuat formula agar dengan mencampurkan berbagai jenis bahan-bahan baku kompos sedemikian rupa sehingga diperoleh nilai C/N ratio bahan baku dengan 30. Faktor-faktor apa saja yang harus diperhitungkan untuk memperoleh C/N ratio bahan baku sebesar 30 tersebut.

Secara umum bahan organik untuk pembuatan kompos yang berasal dari kayu kandungan carbon nya tinggi. Daun kering, jerami, sisa panen jagung, serbuk gergaji juga merupakan sumber yang baik untuk carbon yang bisa juga disebut sebagai ‘coklatan’. Potongan rumput (lebih hijau lebih baik) adalah sumber yang baik untuk nitrogen. Sumber nitrogen lainnya adalah daun-daunan segar, sampah dapur dan kotoran hewan (sapi, kambing, kelinci, unggas) yang bisa juga disebut sebagai ‘hijauan’. Bila menggunakan sampah dapur harus dihindari lemak, minyak, daging dan tulang supaya tidak menarik hama seperti kecoa dan tikus. Mencacah bahan-bahan ini sebelum
dikomposkan akan meningkatkan luas permukaan dan menjadikan proses pengomposan lebih
mudah bagi mikroba sehingga akan mempercepat penguraian bahan organik. Pengecilan ukuran ini seperti halnya sebuah balok es yang akan meleleh dengan lambat bila ukurannya besar tetapi akan meleleh dengan sangat cepat bila sebelumnya dipecah menjadi ukuran-ukuran yang lebih kecil.
Proses pengomposan dapat terjadi dengan sendirinya di alam dan dapat dipercepat dengan proses pembuatan kompos yang dikondisikan.

 FASE-FASE PENGOMPOSAN

Suhu Pengomposan
Pada proses pengomposan, mikroorganisme akan menguraikan bahan organik, memproduksi CO2, air, panas dan humus, yang merupakan produk akhir yang relatif stabil. Pada kondisi optimal, pengomposan berlangsung dalam 3 tahap: 1) mesophilik, atau fasa suhu sedang, berlangsung beberapa hari, 2) termofilik, atau fase suhu tinggi, yang dapat berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa bulan dan 3) fase pendinginan atau pematangan.
Komunitas mikroorganisme yang berbeda mendominasi fase-fase pengomposan yang berbeda. Pada tahap awal, proses pengomposan didominasi oleh mikroorganisme mesofilik, yang menguraikan dengan cepat bahan-bahan organik mudah larut dan mudah terdegradasi. Panas yang dihasilkan pada fase ini menyebabkan suhu pengomposan naik dengan cepat. Begitu suhu mencapai 40°C, mikroorganisme mesofilik menjadi tidak kompetitif dan digantikan oleh mikroorganisme termofilik yang lebih menyukai lingkungan panas. Pada suhu 55°C atau lebih, banyak sekali mikroorganisme yang bersifat pathogen bagi manusia atau tanaman akan mati. Suhu kompos kalau tidak di kendalikan, akan dapat mencapai 65°C atau bahkan lebih, dan pada suhu setinggi ini, mikroorganisme akan mati juga sehingga proses pengomposan akan terhenti sebelum kompos menjadi matang. Untuk menjaga suhu berada disekitar 55°C, biasanya dilakukan dengan aerasi dan pembalikan.
Selama tahap thermophilic, suhu yang tinggi akan mempercepat penguraian protein, lemak-lemak dan karbohidrat kompleks seperti cellulose dan hemicellulose, molekul utama yang membangun struktur tanaman.
Begitu persediaan senyawa atau komponen berenergi-tinggi habis, suhu kompos secara berangsur-angsur akan menurun dan mikro organisme mesophilic kembali aktif, menyelesaikan tahap akhir proses pengomposan dengan menguraikan sisa bahan organik, sampai kompos kita katakan matang.
Perubahan suhu pada proses pengomposan ini, dapat dijadikan indikator untuk mengetahui :
  • Sudah berapa jauh proses dekomposisi berjalan
  • Seberapa baik komposisi campuran bahan baku tersebut
  • Seberapa rata campuran tersebut dan dibagian mana campuran tidak rata
  • Dibagian mana sirkulasi udara berjalan normal dan dibagian mana kurang normal
  • Kapan tumpukan bahan baku harus dibalik
  • Dan lain-lain
Apabila komposisi campuran bahan baku tepat, temperatur akan stabil sampai hari ke 12 (dua belas) dan seterusnya, untuk kemudian turun dan stabil pada temperatur tertentu. Pada hari ke 14 tumpukan kompos dapat mulai dibuka untuk didinginkan dan kemudian selanjutnya dilakukan penyaringan dan pengepakan.

MIKROORGANISME YANG TERLIBAT DALAM PENGOMPOSAN
Banyak sekali makhluk hidup kecil-kecil, enggak kelihatan sama mata telanjang, yang terlibat dalam proses pengomposan. Mereka adalah :
  
BAKTERI
Bakteri adalah organisme hidup paling kecil dan paling banyak terlibat dalam proses pengomposan.
Mereka merupakan 80 sampai 90% dari miliyaran mikro organisme yang khas di temukan dalam tiap gram kompos. Bakteri bertanggung jawab untuk sebagian besar proses pembusukan dan aktifitasnya dalam penguraian material kompos mengeluarkan panas. Mereka adalah kelompok organisme kompos yang paling banyak membutuhkan nutrisi, yang didapatkannya dengan menggunakan enzim secara luas untuk menguraikan senyawa-senyawa organic yang terdapat dalam bahan kompos.
Bakteri adalah sel tunggal dan ada yang berbentuk batang (bacilli), bentuk-bulat (cocci) atau berbentuk-pilin (spirilla). Mereka dapat berpindah dengan kekuatan mereka sendiri. Pada tahap awal proses pengomposan (0-40°C), bakteri mesophilic merupakan jenis bakteri paling dominan (menonjol). Jenis bakteri ini, juga dapat ditemukan pada lapisan topsoil.
Begitu suhu kompos mencapai 40°C lebih, bakteri thermophilic mengambil alih proses pengomposan. Populasi mikroorganisme pada fase ini di dominasi oleh genus Bacillus. Keragaman spesies bacilli cukup banyak pada suhu sekitar 50-55°C, tapi akan menurun drstis pada suhu 60°C atau lebih. Apabila kondisi menjadi tidak menguntungkan, bacilli akan mempertahankan speciesnya dengan membentuk endospora, yaitu, suatu spora berdinding tebal yang tahan panas, tahan dingin, tahan kekeringan atau kekurangan makanan. Mereka tersebar secara sangat luas di alam dan menjadi aktif begitu kondisi lingkungan menguntungkan mereka.   Ketika kompos mulai mendingin, bakteri mesofilik kembali menjadi dominant. Jumlah dan jenis mikroba mesofilik yang mendominasi fase kompos pada tahap pematangan ini, tergantung kepada jenis spora dan organisme lainnya yang terdapat dalam kompos.

ACTINOMYCETES
Bau tanah yang khas, disebabkan oleh actinomycetes, suatu organisme seperti fungi, tapi sebenarnya mereka adalah bakteri yang berbentuk filament. Sama seperti bakteri lainnya, actinomycetes tidak mempunyai inti sel, tapi berkembang biak dan tumbuh dengan memperbanyak sel filament seperti fungi.


Dalam proses pengomposan, mereka memainkan peranan yang penting dalam penguraian senyawa organic kompleks, seperti cellulose, lignin, chitin, and proteins. Enzym yang mereka hasilkan memungkinkan mereka untuk menguraikankan secara kimia bahan-bahan kompos yang keras seperi ranting berkayu, kertas dan lain-lain. Beberapa spesies terdapat pada fase termofilik, dan spesies lainnya pada fase pendinginan, terutama ketika masih terdapat senyawa organic yang belum terurai pada tahap akhir proses pengomposan ini.
Actinomycetes berbentuk filament bercabang seperti benang, dan terlihat seperti jaring laba-laba. Filamen ini umumnya akan muncul pada proses akhir pengomposan, pada 10-15 cm dilapisan luar gundukan kompos. Kadang-kadang meeka terlihat seperti koloni bulat yang secara berangsur-angsur mengembang.
FUNGI
Fungi terdiri dari jamur dan ragi, yang secara bersama bertanggung jawab dalam penguraian senyawa polimer kompleks dalam bahan kompos.
Dalam proses pengomposan, fungi berupakan mikroorganisme penting, karena mereka menguraikan bahan-bahan kompos yang keras menjadi butiran butiran sangat halus yang memungkinkan bakeri untuk melanjutkan proses pengomposan.


Mereka tumbuh dan berkembang dengan cepat dengan cara memperoduksi sel dan filament, dan “memakan” sisa-sisa bahan organic yang bagi bakteri merupakan bahan yg sangat kering, asam dan rendah Nitrogen.
Kebanyakan fungsi dikalisfikasikan sebagai saprophytes karena mereka hidup diatas benda mati dan mendapatkan energinya dengan cara menguraikan bahan organic dari tanaman atau binatang yang mati. Spesies fungi sangat banyak macamnya selama fase mesofilik dan termofilik. Kebanyakan dari mereka hidup dilapisan terluar dari gundukan kompos apabila suhu kompos menjadi tinggi. Jamur kompos sangat bersifat aerobic, dan dapat terlihat seperti filament dan koloni abu-abu atau putih pada permukaan kompos.

SISTIM PENGOMPOSAN DAN PENGGUNAAN MARROS Bio-Activa

Ada beberapa tekinik pembuatan kompos, yaitu :
  • Windrow System
  • Aerated Pile
  • Vessel System
Windrow System
Ini adalah teknik pembuatan kompos paling sederhana. Bahan baku kompos ditumpuk memanjang. Ukurannya suka-suka aja. Tinggi tumpukan bisa mulai dari 0.6 sampai 1 meter. Lebar bisa mulai dari 1 meter sampai 3 meter. Panjang bisa 5 meter, 10 meter, 15 meter, terserah. Udara disirkulasi kedlam tumpukan berlangsung secara

alami. Karena udara dibutuhkan (ingat, mikroorganisme membutuhkan Oksigen (O2) untuk kelangsungan hidupnya), maka harus dipertimbangkan supply udara yang cukup. Pada sistem ini dibutuhkan pembalikan, pada periode-periode tertentu.

Aerated Pile System
Sistim ini hampir sama dengan Windrow System. Hanya sedikit "lebih canggih" dari windrow system, karena dipasangi pipa-pipa berlobang untuk mengalirkan udara dengan menggunakan blower. Selain pipa-pipa ini untuk mengalirkan udara, dia juga berfungsi untuk pengaliran keluar, panas yang dihasilkan dari proses mikroorganisme dalam pengomposan. Karena udra sudah tersirkulasi dengan baik, proses pembalikan tidak diperlukan.

In-Vessel System
Pengomposan dengan sistem ini dilakukan dalam vessel, yang dapat berupa bak, kontainer, drum dan lain-lain. Sistem ini perlu diberi sistim aerasi yang memadai. Sistim aerasi seperti Aerated Pile System, dapat digunakan. Sehingga pembalikan tidak diperlukan. Tapi kalau tidak ada sistem aerasi, maka Anda harus melakukan pembalikan seperti pada Windrow System. Tapi ini akan merepotkan, karena tempat pengomposan Anda terbatas dalam ruang kontainernya. Kalau mau lebih cangging lagi, Anda dapat memasang batang pengaduk dengan mesin.

Di Production Site, Ciwalen, Kec. Sukaresmi, Kab.Cianjur, kami mempunyai 4 buah bak pengomposan, yang berhadapan dua-dua. Dua bak yang berdampingan kami gunakan pertama kali untuk pembuatan kompos. Dua bak didepannya dibiarkan kosong, karena akan digunakan untuk memindahkan bahan sebagai pengganti proses pembalikan. Bahan baku utama kompos yang kami gunakan adalah Jerami Padi dan Kotoran Ternak. Jerami ini kami potong dengan mesin pemotong, sehingga manjadi berukuran 2 sampai 4 cm.

Setelah itu jerami dan kotoran ternak dicampur, dan ditumpuk didalam bak pengomposan.

Pada setiap ketebalan tumpukan 10 cm, kami tambahkan MARROS Bio-Activa. . Setelah mencapai ketinggian Bak, kami tutup dengan plastik. Pada akhir minggu ke-3 kami sudah dapat memanen kompos matang.
Kompos matang ini, dapat kami aplikasi langsung, atau diolah lagi menjadi Pupuk Organik Granul, MORGANIK-Reguler.  MARROS Bio-Activa adalah formulasi mikroorganisme untuk pengomposan dan pengayaan pupuk organik. Mengandung MO pengurai bahan organik, pelarut Phosphat dan Kalium, penghasil enzym pertumbuhan dan zat penangkal hama layu akar dan layu batang.  Produk pertama CV.MARROS LESTARI ini telah digunakan dibanyak tempat sejak 2004.

Bak Kompos

Teknik pembuatan MORGANIK-SR, kurang lebih sama dengan pembuatan kompos ini. Hanya saja, MORGANIK-SR dibuat dari formulasi bahan baku khusus, sehingga mencapai C-organik min 18%, dan NPK organiknya, sekitar 2%, dan MARROS Bio-Activa yang digunakan untuk fermentasi mengandung MO khusus dan juga hara mikro. MORGANIK-SR, sangat bagus untuk mengembalikan lahan yang sudah mengalami degradasi. Bahkan sejak awal 2009 yang lalu sampai sekarang MORGANIK-SR digunakan secara rutin oleh salah satu industri pertambangan, untuk pembentukkan Top Soil dalam rangka reklamasi lahan bekas tambangnya.

Tidak ada komentar: